JAKARTA - SINGGALANG Dunia saat ini sedang menghadapi harga pangan yang menggila, bahkan tertinggi sepanjang sejarah. Melihat kondisi itu, pemerintah Indonesia, Kamis (6/1) menggelar sidang kabinet.
Bahkan, cabai pun dibahas dalam rapat penting itu, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pembahasan soal cabai, telah membuat para menteri terkait kehilangan kata-kata, kecuali meminta rakyat untuk mengurangi mengkonsumsinya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pemerintah akan menerapkan sembilan solusi untuk menjaga stabilitas harga pangan dalam negeri di tengah-tengah kenaikan harga pangan dunia.
Harga pangan dunia melonjak selama Desember 2010, dengan Indeks Harga Pangan FAO mencapai rekor tertingginya. Kenaikan harga pangan itu melebihi yang terjadi pada 2008, ketika terjadi lonjakan dan menyebabkan kerusuhan di sejumlah negara.
Indeks Harga Pangan Food and Agriculture Organization (FAO) mencatat rekor tertingginya sejak mulai dibuat di 1990. Indeks naik selama 6 bulan berturut-turut dipucu lonjakan harga gula dan naiknya harga minyak dan sereal.
Seperti dikutip Antara dan detikcom dari reuters, Kamis (6/1), secara nominal, Indeks Harga Pangan FAO melampaui angka tertinggi pada krisis pangan Juni 2008 di level 213,5.
Indeks yang menghitung perubahan harga kumpulan bahan pangan seperti sereal, bijih minyak, susu, daging, dan gula rata-rata mencapai 214,7 pada Desember 2010, naik dibandingkan November yang sebesar 206.
Indeks Harga Gula FAO juga tercatat menembus rekor tertinggi di 398,4 poin pada Desember dibandingkan angka pada November yang sebesar 373,4 poin.
Indeks Harga Sereal, yang menghitung harga dari bahan makanan pokok seperti gandung, beras, dan jagung naik ke 237,6 poin pada Desember, tertinggi sejak Agustus 2008. Indeks ini juga naik jika dibandingkan per November 2010 yang sebesar 223,3 poin.
Indeks Harga Minyak juga melonjak ke 263 poin pada Desember, dibandingkan angka pada November di 243,3.
Stabilitas
Menggilanya harga pangan dunia, menyebabkan pemerintah Indonesia menggelar rapat kabinet paripurna untuk membahasnya. Pemerintah berjanji untuk terus meningkatkan stabilitas pangan guna menghadapi lonjakan harga pangan dunia itu.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan, permintaan pangan global saat ini memang melebihi produksi. Ia mencontohkan, produksi jagung dunia tercatat hanya naik 1,01% namun konsumsinya naik 2,5% dan stok turun hingga 11,7%. Sementara gandum produksinya turun 5,2%, konsumsi naik 2,5%, sementara stok turun 10%. Sedangkan beras produksi naik 2,7%, konsumsi naik 3,5% dan stok turun 0,52%.
“Ini kondisi di dunia, mengapa terjadi penurunan? Karena terjadi iklim anomali. Kedua, karena konsumsi yang meningkat karena pertambahan penduduk. Ketiga, karena kelas menengah baru yang meningkat yang mengkonsumsi lebih besar,” jelas Hatta usai sidang kabinet.
Sembilan
Presiden SBY memang menjanjikan akan menerapkan sembilan solusi untuk menjaga stabilitas harga pangan.
“Solusi yang kita tempuh adalah pendekatan dari hilir baru ke hulu,” kata Presiden di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, saat memimpin rapat kabinet.
Menurut Presiden, sembilan solusi itu yaitu pertama, melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga komoditas tertentu.
Kedua dan ketiga kebijakan fiskal khusus untuk perdagangan pangan baik ekspor maupun impor dan memastikan pasokan dalam negeri mencukupi permintaan. Keempat, memastikan stok atau cadangan dalam negeri kuat untuk mencegah spekulan. Kelima, meningkatkan produksi dan produktivitas pangan.
Selanjutnya mendorong gerakan ketahanan pangan lokal dan keluarga.
Ketujuh dan kedelapan adalah upaya pencegahan dan penimbunan terhadap pangan serta memastikan kalkulasi atau produksi pangan yang akurat.
Lalu terakhir upaya memastikan adanya kebijakan atau regulasi baru pengamanan lahan pertanian.
Pertama
Usai rapat, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan masyarakat Indonesia hanya mempermasalahkan harga cabai ketika mengalami kenaikan. Namun ketika cabai berada di harga terbawah, tidak ada yang mempermasalahkan.
“Cabai menjadi berita ketika Rp100 ribu. Namun ketika harga Rp13 ribu, semua diam saja,” kata Rusman seusai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, 6 Januari 2011. “Padahal ketika harga Rp13 ribu, petani sedang merana.”
Rusman mengingatkan cabai sebenarnya bukan termasuk bahan pokok. Karena itu ketika cabai ternyata ikut mempengaruhi inflasi, Sidang Kabinet pun ikut membahasnya. “Jadi baru kali ini cabai masuk sidang kabinet,” ujar Rusman.
Karena itu, BPS akan mengambil inisiatif untuk melihat cabai dari sisi ekonominya. “Struktur biayanya, berapa biaya yang harus dikeluarkan, durasinya dan berapa nilai jual,” ucap Rusman.
Dengan demikian, dapat dilihat berapa harga yang wajar. “Bukan Rp13 ribu, tentu juga bukan Rp100 ribu,” tutur Rusman.
Lantas berapa harga cabai yang tergolong wajar? “Sekitar Rp20 ribu sampai Rp30 ribu. Itu petani nyaman, ada gairah menanam dan konsumen mampu,” jawab Rusman seperti dikutip vivanews
Operasi pasar
Yang pasti, pada 2011 pemerintah mempersiapkan langkah-langkah antisipasi untuk meredam gejolak harga kebutuhan pokok. Selain itu juga menjaga agar gejolak harga tersebut tidak berdampak pada masyarakat berpenghasilan rendah.
Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, mengatakan, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah adalah terus mengintensifkan operasi pasar.
“Tentu dari segi harga beras hal-hal yang sudah kita lakukan dan terus kita intensifkan seperti operasi pasar. Operasi pasar sudah kita perbaiki di mana kita melakukan operasi pasar untuk jenis beras yang dikonsumsi di tempat itu di mana harga naik,” ujarnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar